Sabtu, 27 Mei 2017

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR & TIKUS

BAB  I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Wilayah perkotaan mengalami perubahan yang sangat besar akibat banyaknya industri yang didirikan. Hal ini menyebabkan penduduk yang tinggal di pedesaan mulai berpindah ke kota untuk menjadi tenaga kerja. Selain itu faktor yang menyebabkan mereka berpindah (urban) adalah faktor ekonomi.Dengan adanya pendirian industri tersebut menyebabkan lingkungan yang hijau kini menjadi gersang akibat ditebang untuk dijadikan lahan industri dan perumahan.Seiring dengan perubahan waktu maka hal tersebut menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan sekitar, salah satu dampaknya adalah penularan penyakit.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yng cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah.Keadan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit.
Dalam menuju Indonesia sehat tahun 2011 dan untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengendalian vektor penyakit.



B.     Rumusan Masalah

                         
1.      Apa yang dimaksud dengan vector?
2.      Penyakit apa sajakah yang dapat disebabkan oleh vector penyakit?
3.      Bagaimana cara pengendalian vector penyakit?

C.    Tujuan


1.      Mengetahui pengertian vector
2.      Mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh vector penyakit
3.      Mengetahui cara pengendalian vector penyakit



 


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian vektor
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan.Pengertian tradisional dalam kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum.Vektor adalah arthtopoda yang dapat memindahkan atau menularkan sesuatu.
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan(suspectible host). Vektor dapat menyebarkan agen dari manusia atau hewan yangterinfeksi ke manusia atau hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dancairan tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan.Vektor dapat memindahkan atau menularkan agent penyakit yang berada didalam atau pun yang menempel dan terdapat di bagian luar tubuh vektor tersebut.
Suatu makhluk hidup terutama manusia dapat tertular penyakit melalui vector yang membawa agent penyakit, misalnya dengan menggigit dan menghisap darahdari orang yang sakit lalu kepada orang yang rentan, sehingga ia pun dapat tertulardan menjadi sakit.
Mekanisme penularan penyakit oleh vektor terbagi menjadi dua macam, yaitupenularan penyakit melalui vektor secara mekanik dan penularan penyakit melaluivektor secara biologis.

1.      Penularan Mekanik
Penularan mekanik berlangsung karena kuman penyakit terbawa denganperantaraan alat-alat tubuh vektor.Kuman penyakit dalam tubuh seranggatidak bertambah banyak ataupun berubah bentuk.Pada penularan penyakitmelalui vektor secara mekanik, maka agen dapat berasal dari tinja, urinemaupun sputum penderita hanya melekat pada bagian tubuh vektor dankemudian dapat dipindahkan pada makanan atau minuman pada waktuhinggap/menyerap makanan tersebut.
Contoh :
- Lalat Tabanus melalui probosisnya menularkan basil Anthrax danTrypanosoma evansi
- Lalat rumah (Musca domestica) dengan perantara kaki dan badannya,mularkan telur cacing  dan bakteri
2.      Penularan Biologis
Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan rumah(host), berarti adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang dipindahkan.Penularan penyakit melalui vektor secara biologis, agen harus masuk kedalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun melalui keturunannya. Selamadalam tubuh vektor, agen berkembang biak atau hanya mengalamiperubahan morfologis saja, sampai pada akhirnya menjadi bentuk yanginfektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk berpindah ke pejamupotensial. Pada penularan penyakit melalui vektor secara biologis,perubahan bentuk atau perkembangbiakan agen dibedakan sebagai berikut:
a. Propagative transmission
Agen berkembang biak di dalam tubuh vektor tanpa mengalamiperubahan stadium.
Contoh :
- Yersinia pestis (agen pes) di dalam tubuh pinjal (flea) Xenopsyllacheopis. Pinjal sebagai vektor bisa mati oleh Yersinia pestis.
b. Cyclo propagative transmission
Agen mengalami perubahan stadium dan perkembangbiakan didalam tubuh vector
Contoh :
- Plasmodium (agen malaria) di dalam tubuh nyamuk Anopheles.
c. Cyclo developmental transmission
Agen mengalami perubahan stadium hingga mencapai stadiuminfektif di dalam tubuh vektor tetapi tidak mengalamiperkembangbiakan.
Contoh :
- Cacing filaria di dalam tubuh nyamuk dengan genus Mansonia danAnopheles, serta spesies nyamuk Culex quinquefasciatus.
d. Transovarian/Hereditary (keturunan)
Generasi yang terkena infeksi tidak menularkan penyakit padamanusia, tetapi menularkan pada anaknya.Penularan terjadi melaluigenerasi berikutnya.
Contoh:
- Penyakit Scrub thypus yang disebabkan oleh Ricketsiatsutsugamushi dari tikus Trombicula akamushi (sejenis tungau ataumites)

B.     Penyakit yang Disebabkan Oleh Vektor Penyakit

A. Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :
1. Malaria
Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung.
Secara praktis tiap species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak species bukan vektor alami.Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan penularan malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat menularkan penyakit malaria.
Sifat suatu species yang dapat menularkan penyakit ditentukan oleh :
a. Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia.
b. Lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan, walaupun bila hewan hanya sedikit.
c. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan jangka hidup cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
d. Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit .
Untuk menentukan apakah suatu species adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat dicatat persentase nyamuk yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria, prnentuan suatu species nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index infeksi alami, biasanya sekitar 1-5%, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah yang diserang malaria.
2. Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi.Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan . Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia.
3. Demam Kuning
Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik.
4. Dengue Hemorrhagic Fever
Adalah penykit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik.Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti.Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan.



5. Encephalitis Virus
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik.Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan,

B. Lalat Rumah (Housefly)
Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia.Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup kira-kira satu bulan.Larvanya kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran kelamin.
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan.Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta.

C. Lalat Pasir (Sandfly)
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi.Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa.Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes.




D. Lalat Tsetse (Tsetse Flies)
Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan.Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi, penyebab trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes.Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.

E. Lalat Hitam (Blackflies)
Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.

F. Tuma Kepala, Tuma badan, dan Tuma Kemaluan (Head Lice, Body Lice, and Crab Lice)
Tuma badan adalah vektor epidemic typhus, epidemic relapsing fever di Eropa dan Amerika Latin,.Tuma mendapat infeksi dari Reckettsia prowazeki, bila menghisap darah penderita. Rickettsia berkembang biak dalam epitel lambung tengah tuma dan dikeluarkan bersama tinja. Tuma tetap infektif selama hidupnya;. Manusia biasanya mendapat infeksi karena kontaminasi pada luka gigitan, kulit yang lecet atau mukosa dengan tinja atau badan tuma yang terkoyak Bila oleh spirochaeta Borrelia recurrentis, penyebab epidemic relapsing fever di Eropa, spirochaeta akan berkembang biak di seluruh tubuh tuma, yang tetap infektif selama hidupnya,. Demam parit, suatu penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia juga ditularkan oleh tuma tetapi tidak fatal, pernah berjangkit sebagai penyakit epidemik selama Peran Dunia pertama dan kemudian menjadi endemik di Eropa dan Mexico.

G. Pinjal (Fleas)
Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran terutama yang berhubungan dengan penularan penyakit sampar dan endemic typhus.Pinjal dapat juga bertindak sebagai hospes perantara parasit.

H. Reduviid Bugs (Kissing Bugs)
Berbagai species reduviid adalah vektor penting dari pada Trypanosoma cruzi, penyebab penyakit Chagas dan T. Rangeli tetapi ternyata Trypanosoma cruzi tidak patogen bagi manusia.Kebanyakan reduviid mampu menularkan jpenyaakit, tetapi hanya beberapa species saja yang merupakan vektor yang efektif Vektor yang paling penting adalah Triatoma infestans, Panstrongylus megistus dan Rhodnius prolixus.

I. Ticks (Sengkenit)
Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, ketika Smith dan Kilbourne menemukan species Boophilus annulatus sebagai vektor penular “demam Texas” pada lembu.Pada beberapa species tidak saja dapat menularkan penyakit melalui stadium metamorfosis dari pada sengkenit, tetapi juga melalui telur, kepada generasi berikutnya. Bila penyakit ini menular di antara binatang peliharaan akan menyebabkan kerugian keuangan yang besar.

J. Tungau (Mites)
Adalah vektor pada penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi, tungau mengigit manusia menyebabkan luka bernanah disertai demam yang remiten, lymphadenitis, splenomegaly dan suatu eritema yang merah sekali. Vektor utamanya adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis, tungau menularkan penyakit pada stadium larva sedangkan larvanya adalah parasit pada tikus ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah dan tikus lading di Taiwan dan di Indonesia.Manusia merupakan hospes secara kebetulan, larvanya melekatkan diri pada pekerja di ladang.Penyakit ini dapat ditularkan dari generasi ke generasi, sehingga larva generasi kedua mampu menginfeksi manusia.

K. Cyclops
Cyclops adalah hospes perantara dari Dracunculus mendinensis, cacing cestoda Diplyllobothrium latum dan cacing nematoda Gnathostoma spinigerum.



C.    Pengendalian Vektor Penyakit

Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternative.
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor.Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non imun ke daerah endemis.
Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.
Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik.Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa carapengendalian vector penyakit yaitu:
1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program.Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta denganmempertimbangkan kesinambungannya.

A. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah
1.Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian
2. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor
3. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.

Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.
Selain di atas Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:

1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama
2. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara.

a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi lingkungan
c. Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu denganmemanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi
d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantina
e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)
Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :

a. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalianagar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
b. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.









BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan


Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekorbinatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau vectorborne diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia

B.     Saran

untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan memutus rantai penyebaran penyakit dan menuju Indonesia yang sehat.


 


Daftar pustaka


http://nistyadya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pengendalian-vektor-jenis-jenis.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar